Bukharidan Muslim) Berdasarkan hadits ini bahwa orang yang dengan sengaja menggauli istri pada siang hari bulan Ramadhan, maka dia harus membayar kafarat dengan urutan sebagai berikut: 1. Memerdekakan budak. 2. Berpuasa dua bulan berturut-turut. 3. Memberikan makan kepada 60 orang miskin.
Jakarta, NU Online Bagi orang yang tidak mampu berpuasa secara permanen, seperti orang tua renta, orang sakit parah yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya, dan lain sebagainya, mendapat keringanan untuk tidak melaksanakan puasa Ramadhan. Selain itu, mereka juga tidak wajib meng-qadha di lain waktu. Sebagai gantinya, mereka harus membayar fidyah atau kafarat denda. Di era milenial yang serba praktis seperti sekarang, apakah boleh membayar fidyah dengan uang? Mengingat mayoritas ulama jumhur ulama baik dari kalangan Maliki, Syafi’i ataupun Hambali, tidak boleh menunaikan fidyah dalam bentuk uang. Fidyah menurut pendapat mayoritas ini harus ditunaikan dalam bentuk makanan pokok daerah setempat. Pendapat ini berlandaskan pada nash-nash syariat yang secara tegas memang memerintahkan untuk memberi makan fakir miskin, bukan memberi uang. Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh 9/7156 menjelaskan “Mengeluarkan nominal makanan tidak mencukupi menurut mayoritas ulama di dalam kafarat, sebab mengamalkan nash-nash yang memerintahkan pemberian makanan.” Baca juga 1 Mud Fidyah Puasa Seperti dalam takaran mazhab Syafi’i, fidyah yang wajib dikeluarkan adalah satu mud 675 gram/6,75 ons per hari puasa yang ditinggalkan, berupa makanan pokok daerah setempat, dalam konteks Indonesia adalah beras. Bila satu bulan penuh berarti 30 mud gram atau 20,25 kilogram beras. Fidyah tersebut diberikan kepada fakir miskin. Lain lagi dengan pendapat ulama bermadzhab Hanafi. Menurut mereka, fidyah boleh dibayarkan dalam bentuk uang. Ulama Hanafiyah cenderung lebih longgar memahami teks-teks dalil agama yang mewajibkan pemberian makan kepada fakir miskin. Menurutnya, maksud pemberian makanan untuk fakir miskin adalah memenuhi kebutuhan mereka, dan tujuan tersebut bisa tercapai dengan membayar qimah nilai nominal harta yang sebanding dengan makanan. Yang perlu diperhatikan adalah konsep makanan pokok versi Hanafiyah yang tidak sama dengan mazhab lain, baik dari segi jenisnya ataupun kadarnya. Karena itu nilai nominalnya qimah pun menjadi berbeda dari mazhab-mazhab lain. Dalam perspektif Hanafiyah, makanan yang menjadi standar adalah terbatas pada jenis-jenis makanan yang dinash dalam hadits Nabi, yaitu kurma, al-burr gandum, anggur dan al-sya’ir jewawut. Hanafiyyah tidak memakai standar makanan pokok sesuai daerah masing-masing. Baca juga Bolehkah Membayar Fidyah Puasa dengan Uang? Sementara kadarnya adalah satu sha’ untuk jenis kurma, jewawut, dan anggur menurut sebagian pendapat, kadarnya anggur adalah setengah sha’. Sedangkan untuk gandum adalah setengah sha’. Ukuran satu sha’ menurut Hanafiyah adalah 3,25 kilogram hitungan versi Syekh Muhammad Hasan Muhammad Hasan Isma’il, editor kitab Mukhtashar al-Fatawa al-Mahdiyyah cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah-Beirut, berarti setengah sha’ adalah 1,625 kg. Dengan demikian, cara menunaikan fidyah dengan uang versi Hanafiyah adalah nominal uang yang sebanding dengan harga kurma, anggur, atau jewawut, seberat 3,25 kilogram untuk per hari puasa yang ditinggalkan, selebihnya mengikuti kelipatan puasanya. Bisa juga memakai nominal gandum seberat 1,625 kg untuk per hari puasa yang ditinggalkan, selebihnya mengikuti kelipatan puasanya. Demikianlah penjelasan mengenai penunaian fidyah dengan uang. Yang paling inti adalah, saat mengamalkan pendapat yang membolehkan, harus juga diikuti secara utuh konsep-konsepnya, agar tidak terjadi campur aduk pendapat yang dilarang. Kontributor Muhamad Abror Editor Syamsul ArifinApabilaseseorang secara sengaja membunuh seorang mukmin sedang ia tidak sanggup membayar uang darah (tebusan) atau memerdekakan roqobah maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut (An Nisa: ia harus membayar kafarat dengan berpuasa lagi sampai genap 60 hari. Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji bersama-sama dengan
Cara penghitungan kafaratContoh jika ada orang yang melanggar sumpah atas nama allah sebanyak 4 kali, kemudian dia memilih membayar kafarat dengan memberi makan fakir miskin. Maka kafarat yang harus dibayar yaitu4 kali melanggar x 10 orang fakir miskin = 40 orang 40 orang x 1 Mud Rp = Rp adalah kebutuhan makanan yang biasa kita konsumsi. Sebagai contoh kita estimasikan menjadi Rp jadi kafarat yang perlu dibayar ketika melanggar 4 kali sumpah ialah Rp
Menurutimam Syafi’i yang wajib membayar kafarat/denda tersebut hanya suami, atau pihak laki-laki, bukan dari pihak perempuan. Tetapi jika hubungan intim itu tidak dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah, maka ia berarti berzina, hukumannya selain tersebut di atas, ia juga dicambuk 100 kali apabila belum menikah, dan dirajam yaitu Membayar Kafarat Dengan Uang PertanyaanOrang-orang bertanya kepada kami tentang kafarat seperti kafarat melanggar sumpah dan fidyah karena tidak berpuasa bagi orang lanjut usia dan semisalnya yang kafaratnya adalah berderma makanan. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak menemukan orang yang menerima biji-bijian, apalagi makanan yang sudah siap. Mereka bertanya apakah mereka boleh menunaikan kafarat dalam bentuk uang senilai dengan kafarat tersebut? Kami sampaikan pertanyaan ini kepada Anda semoga Anda sudi menjawabnya. Semoga Allah membalas Anda dengan balasan yang terbaik dan menjaga Anda dari semua keburukan. Jawaban Tidak boleh memberikan uang dalam kafarat sumpah, fidyah puasa bagi orang lanjut usia dan kafarat-kafarat lainnya, juga hadyu dan fidyah karena menghilangkan sesuatu yang mengganggu dari tubuh ketika haji dan umrah. Ini berdasarkan pendapat yang benar dari dua pendapat dalam masalah ini. Kafarat atau diyat tersebut diberikan sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh syariat kepada orang yang berhak menerimanya. Secara umum dan berdasarkan realitas tidak pernah terjadi bahwa semua orang tidak mau menerima selain uang. Wabillahittaufiq, wa Shallallahu ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.